Minggu, 30 Oktober 2011

mahasiswa indonesia saat ini apa kabar ya?

Sejarah membuktikan dan membritahukan kita bahwa mahasiswa adalah agen perubahan. Hal tersebuat bisa dilihat dari masa awal kebangkitan bangsa ini. Para mahasiswalah yang memiliki peran penting dalam pergerakan nasionalisme saat itu.  Mulai dari organisasi yang kita kenal dengan nama budi utomo, peristiwa sumpah pemuda, berdiri dan runtuhnya orde baru sekaligus mengawali masa reformasi, dan masih banyak lagi permasalahan yang senantiasa menimbulkan reaksi mahasiswa. Tentunya semua demi kepentingan bangsa dan rakyat negara ini.
Itu semua merupakan tanda bahwa masih banyak sekali mahasiswa indonesia yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Kita seharusnya bangga karena jumlah mahasiswa dengan jiwa kepekaan sosial lebih banyak dibandingkan dengan masa awal terbentuknya bangsa ini. Tapi di lain pihak, sedikitnya kita merasa khawatir, karena jumlah mahasiswa yang menjunjung tinggi dan lebih sibuk menikmati dunia konsumerisme ternyata masih lebih banyak jumlahnya.
Sebaiknya kita tidak tergesa-gesa dalam memberi penilaian. Sebab siapa tahu mereka mempunyai cara tersendiri yang diyakininya sebagai cara yang lebih efektif dalam menanggapi berbagai masalah kemasyarakatan sebagai mahasiswa yang memiliki kepekaan sosial. Bahkan tidak sedikit di antara mereka kadang tampak bersikap tak acuh dan tak perduli dengan permasalahan masyarakat yang ada di sekitarnya, atau lebih kita kenal dengan sebutan sikap apatis. Lebih parah lagi, terkadang sebagian dari mereka  memandang sinis terhadap setiap tindakan mahasiswa dalam menuntut keadilan bagi rakyat. Namun kita sebenarnya tidak berhak menilai merka.
Namun meski begitu ada saja orang yang langsung menilai, dan membuat buruk citra mahasiswa!
 dalam pepatah bahasa arab dikatakan "arrojulul aan, arrijaalul yaum".- pemuda saat ini adalah pemimpin di masa depan. 
 

apa pemuda sekarang masih bersumpah????

mensyukuri nikmat tuhan..hihihihi

Sebagian besar dari kita yang pernah mengenyam pendidikan pasti  mengetahui akan keberadaan peristiwa sumpah pemuda. Kurikulum di berbagai jenjang pendidikan selalu mengingatkan kita akan peristiwa yang menandakan kepedulian pemuda indonesia dari berbagai daerah saat itu dalam menyatukan bangsa ini. Sebuah peristiwa tentang perjuangan para pemuda dalam membuat suatu perubahan bagi bangsanya.
seiring bergulirnya jaman, bertambahnya waktu, dan bergantinya masa. Permasalahan bangsa kian kompleks, global dan bercabang. Sehingga bentuk kepedulian pemuda terhadap kondisi bangsanya pun semakin beraneka ragam. Bentuk kepedulian setiap kelompok memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi setiap permasalahan bangsa ini. Bahkan, setiap kelompok memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi sebuah permasalahan bangsa yang sama.
Namun, meski begitu, Sebagian dari kita masih belum mengerti benar makna dari sumpah pemuda. Terlalu sempit jika kita memaknai sumpah pemuda hanya dari teks yang dikumandangkan. Akibatnya,  tak jarang pro kontra terjadi ketika setiap kelompok memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan kepeduliannya dalam menyikapi permasalahan bangsa. Bahkan berujung pada bentrokan. Padahal , apapun yang menjadi karya anak bangsa, apapun bentuknya, harusnya menjadi kebanggaan kita sebagai bangsa indonesia. Karena sumpah pemuda itu sendiri berarti bersatu demi meningkatkan kekokohan bangsa yang merupakan wujud kepedulian pemuda pada bangsanya.

Rabu, 05 Oktober 2011

fiktif naratif a'la gue

"fiktif naratif a'la gue" part II
yang satu masih tulisan yang dibikin buat tugas akhir ABS juga. tp kalo yang ini emang buat gw sendiri...hihihi 
uniknya dari cerita ini, gue gak perlu mikir panjang, dan gw gk perlu mikir tentang rasionalitas, karena ceritanya juga tentang org mimipi...jd, seenaknya gw ajee mw nulis apa!!! namanya juga fiksi...hehehe
 ni dia kisahnya........


Mimpiku dan Komputerku
                                                karya: mohammad aditya
                                        NIM   : 0606971
Waktu menunjukan pukul sebelas lebih empat belas menit. Belum terlalu larut bagi seorang mahasiswa semester empat yang kebiasaannya hanya duduk di depan komputer kesayangannya. meskipun komputer butut dengan CPU tanpa casing dan monitor empat belas inchi yang super jadul itu tampak seperti barang yang hendak di jual ke tukang loak, namun harddisknya yang berkapasitas 80 gigabyte menampung cukup banyak data pribadinya. Mulai dari tugas kuliah, foto, lagu, film, age of empire, stronghold crusader, sampai data teman kuliahnya yang numpang simpan saja. Walaupun kebanyakan memori harddisknya diisi hal-hal yang berbau biru, mulai dari film biru, wallpaper biru, hingga foto-foto bokep yang memperkuat imajinasinya, tapi komputer butut itu memiliki peran penting dalam hidupnya, berhubung kapasitas otaknya yang lemah tak memungkinkannya menyimpan materi kuliah yang setiap hari dia jalani.
Tapi sudah satu minggu ini komputer butut itu tidak ada di kamarnya. Bukan dijual ke tukang loak, tapi sedang di diservis gara-gara panik karena ketahuan oleh ibunya waktu ia sedang nonton film bokep. Pada saat hendak dimatikan komputernya malah error, dicabut kabelnya malah kesetrum. Akhirnya tak ada jalan lain selain menyiram CPU telanjangnya dengan air minum dari pada mencari cara untuk membenahi muka dihadapan ibunya.
Sejak peristiwa memalukan itu, dan selama komputernya diservis, sepertinya ia kehilangan setengah bagian dari otaknya. Memang menyedihkan. Tapi, mau tidak mau, malam ini dia tetap harus mengerjakan tugas nihon bungaku yang harus dikumpulkan besok siang dengan tulis tangan dan dengan diterangi lampu belajar sepuluh watt. Sebelum besok pagi diketik ulang di computer kampus yang merupakan fasilitas bersama. Sehingga, dalam jangka waktu seminggu ini, waktunya lebih banyak ia habiskan di kampus.
Tapi belum sampai satu halaman tugas yang ia kerjakan, rasa kantuk telah bergelayutan di kelopak matanya. Entah bahan perekat apa yang digunakan oleh sesuatu yang disebut kantuk itu, sehingga ia sulit sekali untuk membuka mata dan menegakkan lehernya. Sampai-sampai ia tak menyadari diatas kepalanya ada seekor cicak yang menjatuhkan amunisi sebesar butir nasi berwarna hitam putih ke tengkuknya. Dengan tanpa perlawanan iapun menyerah tanpa syarat.
Seharian ini dia telah melalui hari yang melelahkan. Mulai dari kesiangan bangun, berdesakan di kereta, dan mengerjakan tugas sakubun sebanyak  tujuh halaman yang tidak sempat dikerjakannya. Belum lagi tiga mata kuliah yang berbeda lokasi membuatnya harus berjalan kesana kemari. Lalu dari sore sampai malam dia arubaito di kedai ramen di sekitar kampusnya. Dan merupakan kebahagiaan yang tak terkira, akhirnya ia dapat merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur lipat yang di gelarnya sebelum tidur. Untuk kamar dengan ukuran empat tatami, kasur lipat memang cocok untuk menyiasati masalah luas kamarnya. Berhubung yang mengisi kamarnya bukan hanya kasur, tapi juga ada rak buku, meja belajar kecil, dan oshiire yang di dalamnya terdapat segala macam barang yang ia sendiri tidak mengerti apa gunanya.
Matanya terbuka ketika sinar matahari masuk melalui celah jendela kamarnya. Kicauan burung dan suara orang-orang yang saling menyapa dengan ucapan ohayo gozaimasu terdengar cukup jelas ke telinganya. Dan hal itu menandakan bahwa hari telah pagi. Ia menegakkan punggungnya, menggeliat, lalu membuka jendela gesernya. Dengan wajah berseri dan mata belekan, ia menikmati hangatnya matahari pagi musim semi seraya mengisi paru-parunya dengan udara segar pagi hari negeri sakura.
Setelah membersihkan gigi dan mulutnya dari aroma tak sedap, lalu ia menyeka wajah supaya segar dan terbebas dari kotoran yang ada di sudut mata, juga kerak di ujung mulut yang terbentuk dari lendir yang mengering. Maka iapun berpakaian layaknya seorang mahasiswa yang baik dan benar. Di genkan, sambil bersepatu ia melirik arlojinya, kuliah pertama masih tiga jam lagi. Perjalanan ke kampus memerlukan waktu satu jam, itu artinya masih ada waktu dua jam lagi untuk nongkrong di kantin sambil sarapan. Kali aja ada sepasang mata sipit yang tertarik dengan mata bulat dan kulit coklat indonesianya.
Agar sampai di kampus tepat waktu, dia harus berjalan kaki selama lima menit menuju halteu bis. Sepanjang perjalanan menuju halteu, ia bertemu dan menyapa banyak orang, ada paman Kaminari yang sedang merawat bonsai, ibu Misae yang selalu meneriaki anaknya ketika hendak ke sekolah, “SHINCAA…AN, CEPAT BIS SEKOLAHNYA SUDAH DATANG !!!” , Usagichan dan Sonokochan yang selalu tampil seksi dengan rok SMAnya yang super mini, dan seorang anak laki-laki berkacamata dengan robot bulat gak jelas yang selalu kesiangan sekolah. Di halteu bis ia bertemu dengan dua tetangganya, pak Nohara dan pak Nobi Nobita, yang kantornya berdekatan dengan kampus tempat ia belajar.
 Perjalanan menggunakan bis dengan kecepatan 50KM/jam memakan waktu sepuluh menit. Lalu ia turun di stasiun dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kereta selama tiga puluh lima menit, dengan tujuan Tokyo. Seperti biasa, pada jam kerja kereta selalu dipadati penumpang. Lalu, dari stasiun kereta Tokyo, ia masih harus berjalan kaki menuju kampus. Meskipun ia berusaha tersenyum menyapa teman kampusnya yang kebetulan bertemu di stasiun, tapi ia tak dapat menyembunyikan wajah kusut karena berdesakan di kereta. Selama sepuluh menit berjalan kaki di musim semi tidaklah sia-sia, karena di sepanjang jalan ia dapat menikmati bunga sakura yang akan dan telah bermekaran. Setelah sepuluh menit perjalanannya yang indah dan menyegarkan, akhirnya tibalah ia di Tokyo Daigaku. Tanpa berpikir panjang, iapun langsung menuju kantin.
Di kantin, ia berjumpa dengan banyak orang, termasuk Erika Sawajiri. Erikachan adalah gadis jepang asli yang sangat manis. Dia mahasiswi Tokyo daigaku angkatan 2006 jurusan bahasa dan sastra indonesia.
Setelah mendapatkan kupon dari mesin pemesan makanan otomatis, iapun antri di stand makanan kesukaannya. Pada saat tiba gilirannya, ternyata dia pengunjung keseratus pagi itu, sehingga dia mendapatkan nasi uduk special dengan harga biasa. Walaupun senang, tapi dia bingung. Karena dia baru tahu kalau di jepang ada nasi uduk.
Dia duduk di meja tengah dengan sajian nasi uduk spesialnya yang mengepul harum. Tanpa disangka, ada seorang gadis menyapanya, “ohayou gozaimasu, watashiha anatato suwarukotoga iidesuka ?”, Tanya Erikachan dengan senyum manis yang khas tapi berefek seperti racun yang dapat menyebabkan henti nafas dan serangan jantung mendadak. Tapi dia hanya mengangguk sebagai tanda mempersilahkan, dengan tatapan mata bengong dan hidung yang hampir mimisan.
“ hari ini kamu ada acara?” Tanya Erika tiba-tiba. “ tidak ada”, jawab dia seperlunya, seakan mengontrol diri agar tak terjadi henti nafas mendadak.
“kalau begitu, kamu mau gak nemenin aku jalan-jalan? Hari ini kan ‘sangatsu kokonoka’!”, pinta Erika dengan wajah yang sedikit memelas. Dan ia pun mengangguk tanda mengiyakan. Entah kenapa, tak banyak hal yang dapat dilakukannya di hadapan Erika selain mengangguk, dan itupun dilakukan dengan wajah bengongnya yang menjijikan.
Kuliah terakhir bubar pukul tiga sore. Dia bergegas menuju tempat dimana ia janji bertemu dengan Erikachan. Di sebuah taman yang merupakan halaman gedung rektorat Tokyo daigaku, dia duduk dengan wajah muram di sebuah kursi tembok di pinggir kolam yang di tengahnya ada air mancur dan bunga teratai yang indah. Karena setalah tiga puluh menit menunggu, Erikachan tak kunjung menampakkan lubang hidungnya.
Tak lama Erikachan pun datang, “ gomenasai, osoku narimashita!”, ucap Erikachan dengan nada menyesal.
Rasa kesalnya kini hilang, berganti dengan rasa senang, karena ternyata orang Indonesia pun bisa lebih on time dari orang jepang. Dan Mereka berjalan meninggalkan kouen dengan sinar senja yang terpantul di kolam cinta.
Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah festival hanabi. Meskipun agak heran kenapa ada hanabi di musim semi, tapi mereka menikmati suasananya. Sebelum acara kembang api, para pengunjung melakukan bon odori terlebih dahulu.
Setelah lelah menari, mereka singgah di kedai ramen. Mereka memesan ramen super special yang panas. Dan mereka makan seperti orang yang kesurupan.
Dengan perut kekenyangan, mereka menonton pementasan kabuki. Pertunjukan yang berlangsung selama tiga jam hanya dapat mereka saksikan sepuluh menit. Karena selebihnya, mereka hanya tertidur dan mendengkur.
Malam makin larut. Mereka masuk ke kedai tempat minum sake. Awalnya dia sempat ragu, apakah Erikachan mau diajak mabuk-mabukan. Tapi diluar dugaan, Erikachan langsung memesan beberapa botol sake. Tanpa menggunakan gelas yang tersedia Erikachan meminum sake langsung dari botolnya, tanpa menunggu waktu lama Erikachan langsung bertingkah seperti orang gila. Dia hanya bengong melihat Erikachan yang mabuk sambil joged dan bergoyang seperti penyanyi dangdut saweran. Mulai dari goyang ngebor, goyang ngecor, sampai goyang patah-patah.
Dengan menggunakan gelas dia pun meminum sake tanpa ragu. Dan merekapun mabuk bersama. Dunia seakan milik berdua. Sampai dia tak menyadari mulutnya terus memproduksi air liur dan mulai membasahi sekitar mulut dan bajunya. Lalu tiba-tiba terdengar ada orang yang mengetuk pintu sambil teriak-teriak.
“UJANG…! Geura hudang! Geus beurang!”, terdengar suara ibunya berteriak membangunkan ujang. “naha emak aya didieu?”, jawab ujang setengah sadar. “ naha da aing mah teu kamamana!”, jawab ibunya dengan ketus.
“ Emak, ujang aya dimana”, Tanya ujang pada ibunya dengan terheran-heran. “ Gandeng siah! Anggur mah geura mandi! Lain na maneh aya ujian poe ieu teh?”, bentak ibunya.  Ujang kaget, ternyata ia ketiduran di atas meja belajarnya. Dan semua tugasnya basah oleh iler yang meleleh dari mulutnya.
Ternyata semuanya hanya mimpi. Pantas saja di jepang ada nasi uduk special, hanabi di musim semi, dan Erika Sawajiri dapat bergoyang seperti penyanyi dangdut murahan.
Ujang menegakkan punggungnya, membuka jendela kamarnya. Terlihat pemandangan sekitar rumahnya berupa gang kecil diantara padatnya pemukiman di kota bandung.
Meskipun semua yang dialaminya hanya mimpi indah, tapi ujang bersyukur dapat merasakan keindahan negeri sakura walaupun hanya sebatas mimpi.
Andaikan saja komputernya tidak di servis, mungkin ia tak akan dapat merasakan tidur nyenyak dan mimpi seindah tadi malam.
Terima kasih Tuhan…
Terima kasih Emak…
Terima kasih komputerku…
Untuk tidur nyenyak dan mimpi indahnya.

fiktif naratif a'la gue

fiktif naratif a'la gue
cerita ini dibuat pada tahun 2008 apa 2009 ya? lupa gue...hheheh
yang jelas ini adalah tugas akhir matakuliah ABS d semester 5. dan tulisan ini adalah tulisan pesanan temen yang menganggap ane seorang master dalam hal menulis....hehehehe (haha ketipu tu org :D !!).
sebenernya lebih terinspirasi gaya andrea hirata sihh..maklum lah saat itu kan lg booming2nya laskar pelangi dan sang pemimpi!!! hihi
pada penasaran gak?? huh whatever lah! yes or not...yg penting mari kita cekidot!!!


Maaf, kawanku Budiman

Malam ini cuaca cukup hangat. Hujan yang kini mulai mereda menjadi gerimis menyiram bumi sejak tadi sore, memaksa ion-ion positif harus menghilang dari peredaran udara di pinggiran kota kembang itu. Digantikan Ion negatif yang bertebaran di udara dan membuat udara malam ini menjadi segar. Hewan malam yang sejak tadi berlindung dari hujan, kini memulai aktivitasnya. Mulai dari berburu buah-buahan, bernyanyi riang, atau sekedar terbang mengelilingi sumber cahaya. Begitu pula dengan lampu neon berdaya 10 watt yang menempel pada atap sebuah rumah kosan, tak luput dari serbuan laron-laron yang sejak tadi terbang mengelilinginya.
          Rumah kosan yang dihuni dua mahasiswa tingkat tiga itu terdiri dari ruang tamu, dua kamar tidur, dapur, dan kamar mandi yang entah kapan terakhir kali dibersihkan. Salah satu penghuninya kini tengah tertidur di ruang tamu yang beralaskan karpet sambil memegang buku yang tampaknya belum selesai ia baca. Di sampul buku Sherlock Holmes edisi terbaru yang baru dibelinya siang tadi itu tertulis nama Budiman, yang tak lain adalah nama sang pemilik buku.  Sedang yang satunya lagi sedang asyik sekresi di toilet, membuang zat sisa dari proses percernaannya. Dari celana dalamnya yang menggantung bisa diketahui kalau namanya adalah Panji.
          “ Budi.., ambilin celanaku dong!!” terdengar teriakan dari kamar mandi. Namun Budi tak berkutik sedikitpun. Karena kesal menunnggu temannya yang tidur bak kerbau pingsan, ia terpaksa keluar dengan memakai celana yang basah karena jatuh ke dalam bak air. “ bangun kamu!” ia membangun kan budi “ Tumben pegang buku baru bisa tidur. Kan biasana mah begadang sampe abis!?” tambahnya dengan nada kesal. Sementara Panji duduk sambil membolak-balik buku kawannya, Budipun terbangun dan dengan keadaan setengah sadar iapun pergi ke kamar mandi untuk cuci muka. Meskipun Budi sudah cuci muka, tapi raut mukanya masih menunjukan wajah kebingungan. “tadi aku panggil kamu dari kamar mandi, dan kudengar ada suara di pintu. Kukira itu kamu. Eh tahunya lagi molor”, sahut panji seraya pergi menuju kamarnya.
          “ kapan kamu berangkat?” Tanya budi, “ lusa” jawab Panji seraya membereskan pakaian dan membereskan dokumen sebagai persyaratan keberangkatannya ke jepang.
          Panji adalah salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa belajar di jepang selama satu tahun dari program manbusho. Bukan tanpa alasan panji mendapat beasiswa tersebut, dia pintar, rajin, dan pekerja keras. Sedangkan budi, bukannya dia bodoh, tapi dia lebih banyak mencurahkan waktu untuk hobinya membaca buku yang berbau detektif. Apalagi serial Sherlock Holmes yang kadang membuatnya berlagak seperti detektif.  Walaupun Panji sangat berbahagia dengan prestasinya tersebut, tapi berat baginya meninggalkan teman seperjuangannya itu.
Keesokan paginya, panji dikejutkan oleh secarik kertas yang ditemukannya di bawah celah pintu yang bertuliskan; serahkan buku itu!! Lusa,  Jam 12 siang, pada  pengemis depan RSUD. Polisi berarti mati.
 Dia sempat berfikir bahwa ini hanya ulah orang yang iseng. Tapi budi yang berlagak sok detektif, menganggap hal ini sesuatu yang harus diwaspadai.
 Dengan penuh semangat dan rasa antusias yang tinggi budi memeriksa kembali buku-buku koleksinya, termasuk buku yang kemarin ia beli.
Ternyata di halaman terakhir yang berupa lembaran kosong terdapat tulisan tangan yang ditulis dengan tinta cair;
padang rumput di atas bukit,
90 derajat rasi bintang pari,
4 jam setelah musik tanda serdadu memulai mimpi,
saat manusia jadi serigala,
D 4904 EK.
Tampak seperti teka-teki yang menunjukan tempat. Lalu ia berusaha mengingat-ingat segala sesuatu yang ia lalui kemarin. Dia teringat kejadian kemarin siang, ada seorang lelaki dengan helm fullface menawar novel yang dibelinya dengan harga berkali-kali lipat. Tapi dia tak memberikannya, karena buku itu adalah stok terakhir di toko tersebut.
Ia pun teringat perkataan panji tentang suara di pintu waktu ia tertidur tadi malam. Dan kini hatinya semakin yakin bahwa ini adalah sesuatu yang harus ia selidiki.
           Budi mendiskusikan hal ini pada panji, namun panji hanya menanggapi dengan santai, “ sudahlah bud..! lebih baik kamu belajar yang benar! Bukankah kamu ingin lulus tepat waktu!?” sahut Panji, “ lagipula besok aku harus berangkat ke jepang, jadi aku gak bisa Bantu kamu lagi” tambahnya.
          Meskipun Panji berusaha untuk tidak perduli akan hal itu, namun dalam hati kecilnya, ia khawatir akan keselamatan kawannya itu jika ia terlau ikut campur dengan masalah tersebut. Tapi ia tahu kalau budi itu orang yang berwatak keras. Dan akan melakukan apa saja untuk semua hal yang menurutnya menarik.
          Panji pergi ke kampus untuk memenuhi janji dengan dosen pembimbingnya. Sementara itu Budi masih asyik dengan kesibukannya mengungkap rahasia di balik kata-kata yang dianggapnya sebagi sebuah teka-teki.
          Setelah sekian lama ia berkutat dengan teka-tekinya itu, akhirnya semua terungkap. ‘ padang golf bukit dago pakar timur, jam satu dinihari, pada saat bulan purnama’. Dan kode ‘D 4904 EK’  merupakan nomer kendaraan yang hendak ditemui oleh seseorang yang menginginkan buku tersebut. Sekarang ia benar-benar yakin kalau ini adalah sesuatu yang berbahaya, dan ia tak mau kalau panji temannya sampai terlibat kasus ini. Karena budi tahu, apapun akan dilakukan Panji untuk melindungi budi, termasuk membatalkan keberangkatannya ke jepang.
          Budi meraih telepon selulernya, “halo, anwar!...kamu sibuk gak?...bisa Bantu?... oke! Besok siang di tempatku ya!!”. Anwar adalah teman sekelas budi dan panji. Tak ubahnya budi, anwarpun penggila buku bacaan tentang detektif .
          Hari ini hari keberangkatan Panji. Dengan ditemani anwar, Budi membantu angkat koper yang paling besar dan dimasukannya kedalam bagasi mobil yang bertuliskan nama suatu perusahaan biro perjalanan dengan tujuan airport.
          “ budi, anwar! Kalian baik-baik di Bandung ya! Belajar yang benar, supaya…”, Panji tak dapat meneruskan kata-katanya. Ia hanya memandangi mata dan memegang pundak mereka.
Panji telah berangkat, dan kembali tahun depan. Budi dan anwar langsung menyusun rencana.
Mereka pergi menuju RSUD sebelum pukul dua belas. Suasana di depan bangunan RSUD siang ini cukup ramai. Orang yang meninggalkan pesan di bawah pintu itu sengaja memilih tempat yang ramai, supaya mengelabui pihak-pihak yang mungkin saat ini sedang memburu mereka. Setelah menyerahkan buku pada salah satu pengemis sesuai perjanjian, mereka memperhatikan dari jauh sambil makan batagor kuah. Itulah gaya penyamaran mereka. Tak lama setelah itu, mereka melihat seorang pria mengendarai motor dengan helm fullface, yang pernah bertemu dengan budi di toko buku, lelaki itupun menghampiri si pengemis. Tanpa membuka helmnya, pria itu menyerahkan kantong keresek transparan yang berisi nasi bungkus pada si pengemis untuk ditukar dengan buku yang diberikan budi.
          Setelah batagornya habis dan menyelesaikan tahap pertama dari misinya, sore hari menjelang petang, mereka pulang dengan semangat dan tampak merencanakan sesuatu.
Betapa kagetnya Budi saat mendapati kosannya dalam keadaan berantakan. Menurut tetangganya, tadi siang ada mobil jeep terparkir di depan kosannya. Dari mobil itu keluar beberapa orang dengan pakaian seragam hitam rapih dan memakai topi yang hampir menutupi wajah mereka. Malam ini budi terpaksa menumpang di kosan anwar. Dengan tekad bulat dan merasa tertantang, mereka menyusun rencana yang akan mereka laksanakan di malam bulan purnama yang tinggal lima hari lagi.
Keesokan paginya mereka lagi-lagi dikagetkan oleh berita pagi yang melaporkan tentang seorang pengemis yang mati keracunan nasi bungkus di depan RSUD.
 “ kali ini aku tidak akan main-main, ini menyangkut urusan hidup dan mati”, pikir Budi sedikit bergumam.
***
Hari ini hari ketujuh sejak kedatangan Panji di Tokyo, jepang.  Dan semuanya berjalan lancar. Mulai dari pengurusan kartu identitas, asuransi, dan berbagai macam tek-tek bengek yang akan bermanfaat baginya dalam menjalani kehidupan di negeri sakura selama satu tahun ke depan.
Karena tahun ajaran belum dimulai, tak ada kegiatan akademik yang dilakukannya selama satu minggu ini. Tapi ia sudah memiliki teman baru, kousuke dan takahiro. Kedua temannya itu adalah mahasiswa dari marutani sensei yang berlaku sebagai dosen pembimbingnya selama di jepang.
Takahiro dan kousuke adalah mahasiswa yang baik. Selama seminggu menjalani musim gugur negeri sakura ini, Panji telah diajaknya ke tempat-tempat yang memukau di jepang. Misalnya empat hari yang lalu, Panji diajak haiking ke gunung fuji. Sepanjang jalan menuju kaki gunung, ia mengalami perjalanan yang sangat mengharukan. Ia dapat menyaksikan langsung daun momiji yang berwarna-warni, yang selama ini hanya bisa disaksikannya melalui buku saja.
Pada minggu pagi kemarin, ia pun diajak naik sinkansen menuju Kyoto. Di stasiun, dia membeli peta dan koran. Sesampainya di Kyoto, ia mendapati berbagai macam kuil kuno yang terkenal di Kyoto. Lagi-lagi ia menyaksikan daun momiji yang memukau dari ketinggian sebuah gedung sambil menyantap makan siangnya dengan berbagai macam hidangan sushi yang terkenal di kota itu. Malam harinya ia mandi di pemandian umum air panas. Awalnya panji tampak kikuk, karena memang memalukan harus bertelanjang bersama orang-orang asing yang sama sekali tak dikenalnya.
Malam ini cuaca begitu dingin dan membuat perut cepat lapar. Setelah badannya segar ia makan malam di sebuah restoran ramen. Ia berusaha menhubungi budi dengan telepon selulernya, tapi tidak diangkat oleh budi.  Hidangan ramen panas dengan kaldu yang gurih dan mie yang sangat kenyal membuatnya berlaku seperti orang yang kesurupan. Maka tak heran kalau Panji dapat menghabiskan dua porsi ramen dalam waktu yang singkat. Dia Sampai lupa membaca Koran yang dia beli di stasiun tadi.
liburannya yang menyenangkan menguras cukup banyak energi, kini ia mempersiapkan diri dengan beristirahat di gesyuku tempat ia tinggal. Sambil beristirahat, panji  iseng mengotak-atik computer. Dia teringat kawannya Budi. “Bagaimana keadaan dia sekarang?”, Pikirnya.
Dia hendak mengirimkan e-mail pada Budi. Tapi perhatiannya sejenak tertuju pada e-mail yang masuk dua hari lalu yang berasal dari Anwar. Matanya berkaca-kaca, pandangan terpaku, dan jantungnya seakan berhenti berdetak. “maafkan aku kawan…!”, gumamnya pelan.
***
Lima hari sejak kepergian Panji ke jepang, belum ada satupun kabar darinya. Sore ini Budi dan Anwar sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk rencananya di malam dengan purnama nanti. Mulai dari pakaian malam, HP dengan baterai full dan pulsa yang cukup, tak katinggalan lampu senter. Untuk mencapai tempat yang dituju, mereka berniat tidak akan melalui jalur yang biasa, tapi berputar lewat hutan, bukit, dan semak-semak.
          Hari menjelang petang, mereka pun memulai operasi mereka. Sesuai rencana yang mereka susun. Hanya lampu senter sebagai penerang, dan hanya langit yang membimbing mereka dengan rasi bintangnya, sehingga mereka tahu kearah mana mereka harus melangkahkan kakinya. Setelah melewati bukit dan semak belukar yang cukup sulit dilalui, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.
          Tak banyak mobil yang terparkir disana. Dari kejauhan, dengan menggunakan teropong mereka mengawasi keamanan kawasan tersebut. Meskipun sudah di periksa dari ujung ke ujung, tapi mereka tak menemukan mobil berpelat nomer D4904EK. Tapi mereka belum menyerah, mereka berputar ke sebelah timur dengan menyusuri semak-semak.
          Di sekitar jalan buntu yang terletak di antara hutan dan semak, terdapat dua mobil Range Rover yang salah satunya bernomor polisi D4904EK yang sedang terparkir. Dan ada beberapa orang sedang berbincang. Mereka berusaha untuk mencapai semak yang terdekat. Kini mereka berada sekitar dua puluh meter dari mobil tersebut.
          Tiba-tiba telpon seluler Budi berdering keras. Ia lupa mengatur mode silent HPnya. Orang-orang di sekitar mobil itu mengeluarkan senjata dan berjalan kearah mereka. “ kita lari berpencar, jangan lihat ke belakang apapun yang terjadi!” kata Budi sigap. Budi ke selatan, Anwar ke utara. Lalu terdengar suara tembakan. Tapi sesuai instruksi Budi, anwar terus berlari. Meskipun ia tidak tahu pasti, kemana ia harus lari.
***