Rabu, 05 Oktober 2011

fiktif naratif a'la gue

fiktif naratif a'la gue
cerita ini dibuat pada tahun 2008 apa 2009 ya? lupa gue...hheheh
yang jelas ini adalah tugas akhir matakuliah ABS d semester 5. dan tulisan ini adalah tulisan pesanan temen yang menganggap ane seorang master dalam hal menulis....hehehehe (haha ketipu tu org :D !!).
sebenernya lebih terinspirasi gaya andrea hirata sihh..maklum lah saat itu kan lg booming2nya laskar pelangi dan sang pemimpi!!! hihi
pada penasaran gak?? huh whatever lah! yes or not...yg penting mari kita cekidot!!!


Maaf, kawanku Budiman

Malam ini cuaca cukup hangat. Hujan yang kini mulai mereda menjadi gerimis menyiram bumi sejak tadi sore, memaksa ion-ion positif harus menghilang dari peredaran udara di pinggiran kota kembang itu. Digantikan Ion negatif yang bertebaran di udara dan membuat udara malam ini menjadi segar. Hewan malam yang sejak tadi berlindung dari hujan, kini memulai aktivitasnya. Mulai dari berburu buah-buahan, bernyanyi riang, atau sekedar terbang mengelilingi sumber cahaya. Begitu pula dengan lampu neon berdaya 10 watt yang menempel pada atap sebuah rumah kosan, tak luput dari serbuan laron-laron yang sejak tadi terbang mengelilinginya.
          Rumah kosan yang dihuni dua mahasiswa tingkat tiga itu terdiri dari ruang tamu, dua kamar tidur, dapur, dan kamar mandi yang entah kapan terakhir kali dibersihkan. Salah satu penghuninya kini tengah tertidur di ruang tamu yang beralaskan karpet sambil memegang buku yang tampaknya belum selesai ia baca. Di sampul buku Sherlock Holmes edisi terbaru yang baru dibelinya siang tadi itu tertulis nama Budiman, yang tak lain adalah nama sang pemilik buku.  Sedang yang satunya lagi sedang asyik sekresi di toilet, membuang zat sisa dari proses percernaannya. Dari celana dalamnya yang menggantung bisa diketahui kalau namanya adalah Panji.
          “ Budi.., ambilin celanaku dong!!” terdengar teriakan dari kamar mandi. Namun Budi tak berkutik sedikitpun. Karena kesal menunnggu temannya yang tidur bak kerbau pingsan, ia terpaksa keluar dengan memakai celana yang basah karena jatuh ke dalam bak air. “ bangun kamu!” ia membangun kan budi “ Tumben pegang buku baru bisa tidur. Kan biasana mah begadang sampe abis!?” tambahnya dengan nada kesal. Sementara Panji duduk sambil membolak-balik buku kawannya, Budipun terbangun dan dengan keadaan setengah sadar iapun pergi ke kamar mandi untuk cuci muka. Meskipun Budi sudah cuci muka, tapi raut mukanya masih menunjukan wajah kebingungan. “tadi aku panggil kamu dari kamar mandi, dan kudengar ada suara di pintu. Kukira itu kamu. Eh tahunya lagi molor”, sahut panji seraya pergi menuju kamarnya.
          “ kapan kamu berangkat?” Tanya budi, “ lusa” jawab Panji seraya membereskan pakaian dan membereskan dokumen sebagai persyaratan keberangkatannya ke jepang.
          Panji adalah salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa belajar di jepang selama satu tahun dari program manbusho. Bukan tanpa alasan panji mendapat beasiswa tersebut, dia pintar, rajin, dan pekerja keras. Sedangkan budi, bukannya dia bodoh, tapi dia lebih banyak mencurahkan waktu untuk hobinya membaca buku yang berbau detektif. Apalagi serial Sherlock Holmes yang kadang membuatnya berlagak seperti detektif.  Walaupun Panji sangat berbahagia dengan prestasinya tersebut, tapi berat baginya meninggalkan teman seperjuangannya itu.
Keesokan paginya, panji dikejutkan oleh secarik kertas yang ditemukannya di bawah celah pintu yang bertuliskan; serahkan buku itu!! Lusa,  Jam 12 siang, pada  pengemis depan RSUD. Polisi berarti mati.
 Dia sempat berfikir bahwa ini hanya ulah orang yang iseng. Tapi budi yang berlagak sok detektif, menganggap hal ini sesuatu yang harus diwaspadai.
 Dengan penuh semangat dan rasa antusias yang tinggi budi memeriksa kembali buku-buku koleksinya, termasuk buku yang kemarin ia beli.
Ternyata di halaman terakhir yang berupa lembaran kosong terdapat tulisan tangan yang ditulis dengan tinta cair;
padang rumput di atas bukit,
90 derajat rasi bintang pari,
4 jam setelah musik tanda serdadu memulai mimpi,
saat manusia jadi serigala,
D 4904 EK.
Tampak seperti teka-teki yang menunjukan tempat. Lalu ia berusaha mengingat-ingat segala sesuatu yang ia lalui kemarin. Dia teringat kejadian kemarin siang, ada seorang lelaki dengan helm fullface menawar novel yang dibelinya dengan harga berkali-kali lipat. Tapi dia tak memberikannya, karena buku itu adalah stok terakhir di toko tersebut.
Ia pun teringat perkataan panji tentang suara di pintu waktu ia tertidur tadi malam. Dan kini hatinya semakin yakin bahwa ini adalah sesuatu yang harus ia selidiki.
           Budi mendiskusikan hal ini pada panji, namun panji hanya menanggapi dengan santai, “ sudahlah bud..! lebih baik kamu belajar yang benar! Bukankah kamu ingin lulus tepat waktu!?” sahut Panji, “ lagipula besok aku harus berangkat ke jepang, jadi aku gak bisa Bantu kamu lagi” tambahnya.
          Meskipun Panji berusaha untuk tidak perduli akan hal itu, namun dalam hati kecilnya, ia khawatir akan keselamatan kawannya itu jika ia terlau ikut campur dengan masalah tersebut. Tapi ia tahu kalau budi itu orang yang berwatak keras. Dan akan melakukan apa saja untuk semua hal yang menurutnya menarik.
          Panji pergi ke kampus untuk memenuhi janji dengan dosen pembimbingnya. Sementara itu Budi masih asyik dengan kesibukannya mengungkap rahasia di balik kata-kata yang dianggapnya sebagi sebuah teka-teki.
          Setelah sekian lama ia berkutat dengan teka-tekinya itu, akhirnya semua terungkap. ‘ padang golf bukit dago pakar timur, jam satu dinihari, pada saat bulan purnama’. Dan kode ‘D 4904 EK’  merupakan nomer kendaraan yang hendak ditemui oleh seseorang yang menginginkan buku tersebut. Sekarang ia benar-benar yakin kalau ini adalah sesuatu yang berbahaya, dan ia tak mau kalau panji temannya sampai terlibat kasus ini. Karena budi tahu, apapun akan dilakukan Panji untuk melindungi budi, termasuk membatalkan keberangkatannya ke jepang.
          Budi meraih telepon selulernya, “halo, anwar!...kamu sibuk gak?...bisa Bantu?... oke! Besok siang di tempatku ya!!”. Anwar adalah teman sekelas budi dan panji. Tak ubahnya budi, anwarpun penggila buku bacaan tentang detektif .
          Hari ini hari keberangkatan Panji. Dengan ditemani anwar, Budi membantu angkat koper yang paling besar dan dimasukannya kedalam bagasi mobil yang bertuliskan nama suatu perusahaan biro perjalanan dengan tujuan airport.
          “ budi, anwar! Kalian baik-baik di Bandung ya! Belajar yang benar, supaya…”, Panji tak dapat meneruskan kata-katanya. Ia hanya memandangi mata dan memegang pundak mereka.
Panji telah berangkat, dan kembali tahun depan. Budi dan anwar langsung menyusun rencana.
Mereka pergi menuju RSUD sebelum pukul dua belas. Suasana di depan bangunan RSUD siang ini cukup ramai. Orang yang meninggalkan pesan di bawah pintu itu sengaja memilih tempat yang ramai, supaya mengelabui pihak-pihak yang mungkin saat ini sedang memburu mereka. Setelah menyerahkan buku pada salah satu pengemis sesuai perjanjian, mereka memperhatikan dari jauh sambil makan batagor kuah. Itulah gaya penyamaran mereka. Tak lama setelah itu, mereka melihat seorang pria mengendarai motor dengan helm fullface, yang pernah bertemu dengan budi di toko buku, lelaki itupun menghampiri si pengemis. Tanpa membuka helmnya, pria itu menyerahkan kantong keresek transparan yang berisi nasi bungkus pada si pengemis untuk ditukar dengan buku yang diberikan budi.
          Setelah batagornya habis dan menyelesaikan tahap pertama dari misinya, sore hari menjelang petang, mereka pulang dengan semangat dan tampak merencanakan sesuatu.
Betapa kagetnya Budi saat mendapati kosannya dalam keadaan berantakan. Menurut tetangganya, tadi siang ada mobil jeep terparkir di depan kosannya. Dari mobil itu keluar beberapa orang dengan pakaian seragam hitam rapih dan memakai topi yang hampir menutupi wajah mereka. Malam ini budi terpaksa menumpang di kosan anwar. Dengan tekad bulat dan merasa tertantang, mereka menyusun rencana yang akan mereka laksanakan di malam bulan purnama yang tinggal lima hari lagi.
Keesokan paginya mereka lagi-lagi dikagetkan oleh berita pagi yang melaporkan tentang seorang pengemis yang mati keracunan nasi bungkus di depan RSUD.
 “ kali ini aku tidak akan main-main, ini menyangkut urusan hidup dan mati”, pikir Budi sedikit bergumam.
***
Hari ini hari ketujuh sejak kedatangan Panji di Tokyo, jepang.  Dan semuanya berjalan lancar. Mulai dari pengurusan kartu identitas, asuransi, dan berbagai macam tek-tek bengek yang akan bermanfaat baginya dalam menjalani kehidupan di negeri sakura selama satu tahun ke depan.
Karena tahun ajaran belum dimulai, tak ada kegiatan akademik yang dilakukannya selama satu minggu ini. Tapi ia sudah memiliki teman baru, kousuke dan takahiro. Kedua temannya itu adalah mahasiswa dari marutani sensei yang berlaku sebagai dosen pembimbingnya selama di jepang.
Takahiro dan kousuke adalah mahasiswa yang baik. Selama seminggu menjalani musim gugur negeri sakura ini, Panji telah diajaknya ke tempat-tempat yang memukau di jepang. Misalnya empat hari yang lalu, Panji diajak haiking ke gunung fuji. Sepanjang jalan menuju kaki gunung, ia mengalami perjalanan yang sangat mengharukan. Ia dapat menyaksikan langsung daun momiji yang berwarna-warni, yang selama ini hanya bisa disaksikannya melalui buku saja.
Pada minggu pagi kemarin, ia pun diajak naik sinkansen menuju Kyoto. Di stasiun, dia membeli peta dan koran. Sesampainya di Kyoto, ia mendapati berbagai macam kuil kuno yang terkenal di Kyoto. Lagi-lagi ia menyaksikan daun momiji yang memukau dari ketinggian sebuah gedung sambil menyantap makan siangnya dengan berbagai macam hidangan sushi yang terkenal di kota itu. Malam harinya ia mandi di pemandian umum air panas. Awalnya panji tampak kikuk, karena memang memalukan harus bertelanjang bersama orang-orang asing yang sama sekali tak dikenalnya.
Malam ini cuaca begitu dingin dan membuat perut cepat lapar. Setelah badannya segar ia makan malam di sebuah restoran ramen. Ia berusaha menhubungi budi dengan telepon selulernya, tapi tidak diangkat oleh budi.  Hidangan ramen panas dengan kaldu yang gurih dan mie yang sangat kenyal membuatnya berlaku seperti orang yang kesurupan. Maka tak heran kalau Panji dapat menghabiskan dua porsi ramen dalam waktu yang singkat. Dia Sampai lupa membaca Koran yang dia beli di stasiun tadi.
liburannya yang menyenangkan menguras cukup banyak energi, kini ia mempersiapkan diri dengan beristirahat di gesyuku tempat ia tinggal. Sambil beristirahat, panji  iseng mengotak-atik computer. Dia teringat kawannya Budi. “Bagaimana keadaan dia sekarang?”, Pikirnya.
Dia hendak mengirimkan e-mail pada Budi. Tapi perhatiannya sejenak tertuju pada e-mail yang masuk dua hari lalu yang berasal dari Anwar. Matanya berkaca-kaca, pandangan terpaku, dan jantungnya seakan berhenti berdetak. “maafkan aku kawan…!”, gumamnya pelan.
***
Lima hari sejak kepergian Panji ke jepang, belum ada satupun kabar darinya. Sore ini Budi dan Anwar sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk rencananya di malam dengan purnama nanti. Mulai dari pakaian malam, HP dengan baterai full dan pulsa yang cukup, tak katinggalan lampu senter. Untuk mencapai tempat yang dituju, mereka berniat tidak akan melalui jalur yang biasa, tapi berputar lewat hutan, bukit, dan semak-semak.
          Hari menjelang petang, mereka pun memulai operasi mereka. Sesuai rencana yang mereka susun. Hanya lampu senter sebagai penerang, dan hanya langit yang membimbing mereka dengan rasi bintangnya, sehingga mereka tahu kearah mana mereka harus melangkahkan kakinya. Setelah melewati bukit dan semak belukar yang cukup sulit dilalui, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.
          Tak banyak mobil yang terparkir disana. Dari kejauhan, dengan menggunakan teropong mereka mengawasi keamanan kawasan tersebut. Meskipun sudah di periksa dari ujung ke ujung, tapi mereka tak menemukan mobil berpelat nomer D4904EK. Tapi mereka belum menyerah, mereka berputar ke sebelah timur dengan menyusuri semak-semak.
          Di sekitar jalan buntu yang terletak di antara hutan dan semak, terdapat dua mobil Range Rover yang salah satunya bernomor polisi D4904EK yang sedang terparkir. Dan ada beberapa orang sedang berbincang. Mereka berusaha untuk mencapai semak yang terdekat. Kini mereka berada sekitar dua puluh meter dari mobil tersebut.
          Tiba-tiba telpon seluler Budi berdering keras. Ia lupa mengatur mode silent HPnya. Orang-orang di sekitar mobil itu mengeluarkan senjata dan berjalan kearah mereka. “ kita lari berpencar, jangan lihat ke belakang apapun yang terjadi!” kata Budi sigap. Budi ke selatan, Anwar ke utara. Lalu terdengar suara tembakan. Tapi sesuai instruksi Budi, anwar terus berlari. Meskipun ia tidak tahu pasti, kemana ia harus lari.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar